Senin, 26 Januari 2009

" Kisah Sedih di hari Minggu "

" Papa, aku sedih. Wulan..........", kata anakku sambil menangis terisak-isak di hadapanku. Ia pergi kamarnya meski belum sempat melanjutkan ceritanya. Ada apakah gerangan hingga ia benar-benar sedih dan menangis ? Cerita apa pula tadi yang hendak disampaikan kepadaku ?





Berikut adalah Cerita Fiksinya. Di mana ia belum sempat menyampaikan kisah sedihnya itu dan keburu lari ke kamarnya. Mari kita tebak apa isi kisah sedihnya, moga-moga benar dan endingnya membahagiakan dia ya. ( Oleh karena ini Cerita Fiksi, maka penokohan, nama, tempat kejadian, dll merupakan fiktif belaka. Jika sebagian atau semuanya sama dengan yang Anda miliki, maka Saya mohon maaf, itu hanya kebetulan. )





------------------------------------------ wonggendut ----------------------------------------




Sudah hampir seminggu Shinta kelihatan murung, menangis lagi sih tidak. Tetapi ia juga merasa tidak berselera untuk makan. Ia lebih banyak tinggal di kamarnya, sepanjang hari setelah pulang sekolah hanya berbaring di tempat tidur, seperti tidur namun ternyata tidak. Pegang buku untuk mencoba mengulang pelajaran yang diajarkan di sekolah saja seperti enggan. Entah bagaimana sikapnya jika di sekolah ya ? Kalau di sekolah juga murung, tentulah ini suatu kondisi yang tidak baik. Ibunya yang kebanyakan tinggal di rumah pun tak urung dibuat stres. Kenapa anak ini ?


Aku baru ingat tentang sepenggal ceritanya yang belum sempat diceritakan seluruhnya kepadaku tempo hari. Ya....Wulan, pasti Wulan penyebabnya. Wulan kan sahabatnya, besok lusa yaitu hari Minggu, akan pindah ke Sumbawa mengikuti ayahnya yang telah pindah lokasi kerjanya tiga bulan yang lalu. Dan karena ayahnya hanya sedikit punya waktu untuk menjemput keluarganya, Wulan tidak sempat mengadakan acara perpisahan atau apa. Bahkan Wulan telah minta izin untuk tidak sekolah selama seminggu dan surat keterangan pindah dari sekolah pun telah didapatkannya. Jadilah Shinta dan kawannya yang lain seperti kehilangan. Nah, pasti inilah yang menyebabkan Shinta bersedih.......kasihan ya.


" Shinta, Papa tahu kamu sedih karena Wulan sahabatmu itu hendak pindah sekolah, kan ? ", kataku mengagetkan Shinta karena memang ia sedang melamun. Sambil memelukku dan menangis kembali, Shinta mengiyakan pertanyaanku. Shinta memang terpukul, ia membayangkan betapa sepinya hari-hari tanpa sahabatnya. Jika hampir setiap hari Minggu mereka bermain di pekarangan secara bergantian, kini tentu tidak akan pernah lagi. Dan Shinta akan bersedih jika hari-hari Minggu itu tiba. Ia akan sendirian, meski adiknya pun terkadang ikut bermain dengan mereka. " Tapi Ricky kan masih kecil, ngomong aja masih cadel....", kata Shinta ketika aku menjelaskan bahwa mana mungkin akan sepi, kan ada Ricky.


Kiranya kami harus segera mendapat jalan keluar yang jitu nih. Semalam aku dan isteriku berdiskusi alot sekali untuk mencari solusi, dengan cara apa ya keceriaan Shinta agar di hari Minggu besok tidak terjadi - kisah sedih di hari minggu- ? Demi kebahagiaan anak-anak pasti semua orang tua pun akan melakukan apa saja, bukan ? Oke, keputusan pun telah bulat dan kami akan action Sabtu besok. Jadi "sesuatu" yang akan kami beli itu harus ada besok hari Sabtu tatkala Shinta pulang sekolah. Semoga Tuhan meridhoi rencana kami dan anak-anak itu akan tertawa bahagia, tiada lagi aura kesedihan di wajah mereka. Kami pun akhirnya bisa tidur dengan nyenyaknya malam itu hingga bangun kesiangan.


Kebetulan Sabtu aku libur, seperti biasanya giliran aku yang mengantar ke sekolah kedua buah hati kami itu. Nah pada saat mereka di sekolah lah aku menuju pasar untuk membeli "sesuatu" hadiah untuk Shinta dan Ricky. Sementara isteriku kelak akan membuat makanan lezat kesukaan kami.


" Shinta dan Ricky, kalian nanti tidak perlu lagi bersedih ya, karena Papa mempunyai sesuatu yang pasti kalian akan senang bermain dengan mereka ", kataku saat dalam perjalanan pulang ke rumah. Anehnya Shinta tak bergeming, ia masih saja nampak sedih. Wah, tetapi aku tak mau menyebutkan dulu apa sesuatu hadiah itu, bukan kejutan dong namanya.


" Shinta dan adek akan bermain dengan mereka ? Siapa mereka itu ? Ih Shinta takut Pa, ngeri, apa sih hadiah untuk Shinta sebenarnya ? ", kata Shinta mengejutkan aku. Rupanya meski di wajahnya nampak sedih, ia merespon dengan baik apa yang kukatakan tadi. Tak terasa kami sudah memasuki rumah, dan ternyata Shinta penasaran juga, ia lari ke dapur mencari mamanya. Yang dicari tak ada ia lalu ke pekarangan belakang rumah. Memang di sanalah aku menyimpan hadiah itu. Tak lama kemudian terdengar Shinta berteriak kegirangan bahkan ia menjerit-jerit seperti anak yang mendapatkan sesuatu yang memang telah ia impikan selama ini. Tetapi, Ricky kok menangis ya, dan ia seperti ketakutan dan bahkan ia telah digendong mamanya.


" Terima kasih Papa, kelinci manis inilah yang Shinta impikan. Wulan juga punya sepasang kok, warnanya putih dan hitam. Yang ini kayaknya kelinci anggora ya Pa, coklat kehitam-hitaman, ada putihnya juga bahkan abu-abu, manis sekali. Bulunya lebat sekali ya Pa. Mereka akan menjadi sahabat Shinta dan Ricky Pa....", komentar Shinta dengan raut muka yang sumringah. Alhamdulillah komentar itulah yang kami inginkan. Aku dan isteriku saling menatap dan nampak isteriku berlinang air mata. Terima kasih Tuhan, kisah sedih di hari Minggu itu jangan sampai pernah terjadi. ( tamat )



Tidak ada komentar:

Posting Komentar